Vicky Prasetyo, Ludruk Garingan
![]() |
Vicky Prasetyo. Foto: Cumicumi |
Setelah tari
remo, pagelaran ludruk menampilkan kidungan:
Mangan
srikoyo, karo lesehan
Bubur ayam,
nggo jatah mangan awan
Cinta
Prasetyo, karo Angel Lelga
Bubar nikah,
malah cakar cakaran
Babakan Pembuka Cerita:
VickyPrasetyo sudah lama mencurigai isterinya, Angel Lelga, selingkuh. Akhirnya dia
pergoki di kamar rumahnya: Angel bersama Fiki Alman.
Vicky
datangi rumahnya (Jagakarsa, Jakarta Selatan) bersama rombongan: Kuasa Hukum Salahudin
Pakaya, Ketua RT, dan beberapa polisi, 19 November 2018 pukul 02.00 dini hari.
Karena ada
unsur polisi, datang juga wartawan ke sana. Maka, heboh.
Hasil saling
cakar itu adalah:
Laporan
polisi Vicky di-SP 3 (Surat Penghentian Penyidikan Perkara). Tuduhan Vicky
bahwa Angel berzinah tidak terbukti.
Kuasa hukum
Angel Lelga, I Nyoman Adi kepada wartawan, Rabu (19/12/2018) mengatakan:
"Pak
Kapolres mengatakan, tidak cukup unsur, tidak cukup bukti perkara ini diproses
lanjut.”
Sebaliknya,
tuduhan Angel Lelga bahwa Vicky mencemarkan nama baik Angel Lelga, sudah cukup
bukti.
Vicky
dinyatakan tersangka, dan ditahan, Selasa (7/7/2020) kemarin.
Babakan ludruk berikutnya, lawakan.
Pemain: Suami-isteri
Kartolo - Ning Tini. Ditambah Basman.
Kartolo:
“Bojo nek selingkuh, mestine diapakno, Man?”
Basman: “Ono
buktine, ta gak?”
Kartolo:
“Kepergok… kepergok… kepergok…”
Basman ke
Tini: “O… salah sampeyan, Ning Tini.”
Tini
menyambar: “Lho… masio kepergok, tapi aku gak lapo-lapo.”
Basman: O…
salah tuduhanmu, Cak Lo.”
Kartolo:
“Kepergok, nang kamar, karo wong lanang.”
Basman: “O…
salah sampeyan, Ning.”
Tini: “Lho…
polisi mbebasno aku. Malah de’e cemarkan nama baikku.”
Basman
mengusap dahinya. Entah mikir, entah pusing. Lalu berkata datar:
“Sampeyan
salah, Cak Lo. Ngisin-ngisini bojomu. Opo gak sakno nang bojomu?”
Kartolo
melotot ke Basman: “Man, awakmu gurung tau disrempet becak, ta?”
Baca Juga: Kasus Via Valen
Psikoanalis
Jerman, Erich Fromm dalam bukunya “The Art of Loving” menyatakan:
Masyarakat
dunia sudah salah kaprah mendefinisikan cinta. Dikira, cinta bersifat symbiotic
union. Atau hubungan timbal-balik menyenangkan antar dua orang (bisa suami –
isteri).
Bukan
begitu, kata Fromm.
Cinta tidak
komparatif. Tidak butuh pengakuan pihak kedua, demi menegaskan keberadaannya.
Cinta serupa energi. Aktivitas otonom.
Erich Fromm
menggambarkan aktivitas hubungan seksual. Kenikmatan mencintai, menurutnya,
bagai penis. Memberi secara meluap-luap.
Kemampuan
‘memberi’ itulah: Potensi. Kekuatan. Kehendak. Energi. Memberikan semuanya.
Tanpa
kemampuan ‘memberi’ berarti impotensi (Fromm, Erich, The Art of Loving:
Memaknai Hakikat Cinta, Gramedia, 2005).
Tegas Fromm:
Pecinta sejati tidak butuh kesetiaan dari orang yang dicintai. Hakikat cinta
hanya memberi. Bukan meminta. Apalagi menuntut.
Teori Erich
Fromm mirip penilaian Basman, tidak membela Kartolo.
Maaf, tidak.
Bukan begitu. Erich Fromm orang Jerman, tidak sama dengan Basman, arek gang
Karang Gayam. Pendapat mereka jelas beda.
Kesamaan
mereka hanya: Ketidak-berpihakan.
Tentang status
hukum kasus tersebut, sudah jelas. Tak perlu dianalisis lagi. Percayakan
masalah hukum kepada penegak hukum.
Jika tidak,
anomie. Menurut sosiolog Emile Durkheim, anomie adalah keadaan kacau. Tanpa
peraturan.
Kata
‘anomie’ dari Bahasa Yunani: a = tanpa. Nomie = hukum atau peraturan.
Nabi
Muhammad SAW sudah mengingatkan kita tentang cinta dan benci. Sebagai petunjuk
bagi umat Islam.
Dari Abu
Hurairah secara marfu':
"Cintailah
orang yang kau cinta dengan sewajarnya. Boleh jadi suatu hari dia menjadi orang
yang kau benci.”
“Dan
bencilah kepada orang yang kau benci sewajarnya. Boleh jadi suatu hari dia yang
kau benci menjadi orang yang kau cinta" (HR Tirmidzi)
Kidungan
jula juli:
Iwak bandeng
tengah segoro, cekap semanten… atur kawula. (*)
Jakarta, 8 Juli 2020
Tidak ada komentar